Sabtu, Januari 26, 2008

kecewa

hanya salah satu contoh;
suatu malam ketika perut mulai meminta di isi, terbayang sepiring nasi hangat di temani semangkuk soto betawi dan beberapa tempe goreng di tambah kerupuk di lengkapi dengan es jeruk hmmm... membuat perut semakin lapar.
bergegaslah keluar rumah menuju tempat jualan makanan, ternyata warung soto betawi yang di cari sedang tidak jualan (mulai kecewa), karena lapar akhirnya soto madura di datangi juga dan ketika memesan ternyata nasi nya sudah habis (kecewa lagi), tempe dan tahu pun tidak tersedia (semakin kecewa), soto yang di hidangkan pun tidak senikmat yang di bayangkan (kekecewaan semakin tinggi), parahnya es jeruk pun tidak tersedia... hhhh... mana harganya mahal pula...

kekecewaan atas keinginan yang tidak terpenuhi membuat kekesalan bersarang di hati, berlarut-larut sampai menganggap dunia ini sudah tidak lagi adil, kekecewaan kecil di tambah kekecewaan kecil lainnya membuat hati panas dan tidak mampu lagi di kontrol oleh otak, rasa kesal dan marah tidak lagi mampu membuat otak berfikir jernih, berusaha melampiaskan marah, kekesalan, dongkol, complain, protas-protes, terhadap apa atau siapapun bahkan terhadap Tuhan.

ketika keinginan kita muncul, ketika itu juga kita melakukan usaha sampai do'a untuk memenuhi keinginan itu tapi masalah nya kita sering kali memasuki "wilayah Tuhan", maksudnya kita sering ikut menentukan hasil akhir dari usaha dan do'a yang kita lakukan tersebut, sebenarnya jadi atau tidak nya makan soto betawi adalah sudah menjadi kehendakNYA, jadi atau tidak nya naik gaji adalah keputusanNYA, berhasil atau tidaknya lulus sekolah juga menjadi tugasNYA, tercapai atau tidak nya segala macam keinginan seluruh manusia adalah sudah menjadi aturan sang Bos Besar yang mengatur kehidupan...

seperti kita tahu yang bisa di lakukan oleh seorang hamba hanyalah berusaha dan berdoa, hemat saya sebaiknya kita jangan membebani diri dengan segala macam tugas dari Sang Sutradara alam semesta, agar tidak muncul kekecewaan ketika keinginan kita sebagai seorang hamba tidak sesuai dengan kehendak Sang Maha Kuasa sesembahan kita.

Senin, Januari 07, 2008

sudah pada taraf apa?

Mencoba memulai resolusi dengan cara lemah lembut bertanya pada diri sendiri; Sudah pada taraf apakah hubungan kita dengan Tuhan?
a) taqwa

b) beriman

c)
yakin

d)
percaya

e)
ragu


f)
tidak percaya

matahari dengan panasnya menguapkan air di permukaan bumi yang lalu uap air itu berkumpul menjadi gumpalan-gumpalan awan dan di bawa angin ke arah yang kita tidak tahu lalu sebagian turun kembali ke permukaan bumi dalam bentuk air hujan yang bening, kemudian sebagian besar menjadi keruh melalui sungai terbuang ke laut yang asin, dan sebagian lagi tetap bening dan bermanfaat bagi kehidupan.
Sudah pada taraf apakah kepercayaan kita bahwa proses hidrologi itu Sang Khalik yang mengatur?

Ketika makanan masuk mulut di kunyah oleh gigi yang di Bantu “duet maut” lidah dan ludah kemudian masuk pencernaan , memilah gizi yang diperlukan tubuh dan membuang sisanya yang berbau busuk.
Sudah pada taraf apakah kepercayaan kita bahwa itu di atur Tuhan YME?

Waktu daun merubah karbon dioksida menjadi oksigen.
Ketika ulat menjadi kupu-kupu dan jentik menjadi nyamuk.
Pada saat siang menjadi malam begitupun sebaliknya
Tatkala jamur tumbuh pada batang pohon yang mati.
Di waktu sperma menjadi sosok manusia pembantah.
Orang-orang kaya yang kemudian menjadi miskin.
Sudah pada taraf apakah kepercayaan kita bahwa itu sudah menjadi kehendakNYA Tuhan Semesta Alam…?

Ya Rabb…
Demi gemuruh petir yang membawa ancaman dan harapan, maafkan hamba jika selalu dalam keraguan yang nyata.