Sabtu, Februari 09, 2008

mencari Tuhan

Suatu pagi selepas subuh Sunan Muria bersama istri nya menikmati matahari terbit di teras depan rumah nya.

Di antara sayup nyanyian burung, suara istri Kanjeng Sunan Muria halus terdengar merdu menyapa, "Kanjeng Sunan..." ucap nya memulai percakapan " ...selama ini insyaAllah aku telah mengerjakan apa yang telah kau ajarkan padaku hingga saat ini, yaitu untuk mengisi hidup dengan banyak beribadah padaNYA , seperti shalat 5 waktu dan shalat sunah lain nya, puasa yang di wajibkan dan yang di sunah kan, zakat atau sedekah, membantu sesama, mengaji, tersenyum, silaturahmi, menjaga kebersihan, bertasbih, berbakti pada mu atau apapun insyaAllah semua aku lakukan dengan ikhlas hanya untuk DIA pemilik raga ini..."
Kalimat nya terhenti...
Wajahnya tertunduk terbebani sesuatu...
Lalu menghela nafas panjang...

"AlhamduLillah..." jawab Sunan Muria "semoga berkah dan rahmah NYA berlimpah atas segala kebajikan Nyai" doa sang Sunan kusyu.
"Amin Ya Rabb al Amin..." bisik sang istri lirih...
"mmm... lalu nyai...?" tanya Kanjeng Muria penasaran.
"suami ku..." sang istri melanjutkan kalimatnya
"sampai saat ini aku masih juga belum menemukan Tuhan itu di mana...?
aku masih juga belum mengenalNYA...
Bagaimana aku bisa mencintaiNYA jika aku masih juga belum bisa untuk menemukanNYA, wahai suami ku..."

Ungkap nya lugas...
Matanya berkaca...
Tangan lembut nya menggenggam erat jemari suami nya yang manis tersenyum menatap istri nya.
"Wahai suami ku yang di utus Sang penguasa alam semesta, bisakah kau tunjukan padaku di mana kah Tuhan ku berada...?" penuh harap matanya menatap wajah Wali Allah itu...

Kanjeng Sunan menarik nafas panjang, bersandar pada bangku nya, matanya menatap jauh ke arah sinar matahari yang damai perlahan muncul dari arah timur.
"Wahai Istriku..." Beliau mulai menjawab.
"Kau lihat setetes embun yang ada di ujung daun itu...?
Jika di ibaratkan lembar daun itu adalah tubuh kita, dan setetes embun itu adalah jiwa kita, lalu di dalam tetes embun itu ada "titik putih" bersemayam, bias pantulan dari cahaya sinar matahari...
Maka titik putih itulah Tuhan.

Jika daun itu dalam keadaan kotor masih mudah kita untuk membersihkan nya, namun jika tetes embun itu yang keruh sangat sulit untuk kita membuatnya bening kembali dan tentu saja tidak akan terlihat titik putih itu besemayam dalam embun nya."
Sunan Muria tertunduk...
Jauh menatap ke dalam hatinya...
Perlahan tertengadah meneliti langit...
Lalu tersenyum...

"Jika saja kita rajin untuk membersihkan tetes embun kita tentu cahayaNYA akan semakin terbias terang dan titik putih itu indah berkilauan, merefleksikan ke indahan embun dan daun nya, walau pun embun itu ada pada sebatang rumput liar.
Begitu banyak tetes embun itu tersebar pada lembaran daun, batang ranting, pohon, hutan, di hamparkan di seluruh permukaan bumi ini...
...Datang dan pergi sesuai kehendakNYA" ucap salah satu anggota Wali Songo ini mencoba menjelaskan.
"Begitulah nyai, bagaimana titik putih itu bersemayam dalam setiap tetes embun di ujung daun, tetapi pada hakikat nya matahari sumber dari cahaya titik putih itu tetap berada di atas kita..."

Kanjeng Sunan membelai lembut rambut istri nya yang diam terpaku menatap wajah nya.

Lalu diam...
Hening...
Tak ada kata terucap...

Matahari mulai meninggi, kehidupan pun di mulai kembali, dedaunan tertiup angin lalu tetes embun pun akhirnya jatuh ke tanah kemudian terserap musnah...
"Nyai istriku tercinta...
Sesungguh nya Tuhan menciptakan langit, bumi beserta isi nya adalah juga sebagai perumpamaan untuk kita, sebagai mahluk ciptaanNYA yang paling mulia..."
Kanjeng Sunan Muria mengakhiri cerita nya.

"AlhamduLillahi Rabbi Alamin..." bisik sang istri pada jiwa nya.

*Terima Kasih tak terlukis untuk Aby Maulana

7 komentar:

Anonim mengatakan...

tak henti kutundukkan kepala
menyebut nama Mu, Asma'ul Husna
menyucikan kedua mata
dengan luapan telaga

terisak aku dalam sepi malam
merebakkan rindu yang tak kesudahan
kurasakan sungguh cinta Mu menyapa
membelai sejuk segala dahaga

adakah esok kita berjumpa
cukupkah amal untuk hapuskan dosa
sudahkah kulantangkan agama Mu di dunia
hingga Kau hadiahi aku Syurga pada akhirnya

aku rindu, o' Kekasih Sepanjang Jaman..

Anonim mengatakan...

sayang...
kemasan tulisan nya kurang nendang...

Anonim mengatakan...

siapa bilang kurang nendang?
i like it!
membuat aq berpikir... :)

Me mengatakan...

Artikelnya bagus sekali Iyan!

Anonim mengatakan...

Subhannallah......

BRAJADENTA mengatakan...

to santi: makasih yah can udah nyumbangin puisi nya

to anonim: makasih masukan nya, iya neh musti blajar nulis lagi.

to angga: anonim yg bilang ngga, btw makasih yah, bikin mikir tapi ga bikin pusing kan non...

to mba ani: Hamdallah, makasih yah mba ani...

to dagdigdug: Hamdallah Ya Rabb...

icHaaWe mengatakan...

duuuhhh keren banget postingannya...dalem dan nendang